beritapasundan.com – Masyarakat Sunda memiliki kedekatan erat dengan Islam, yang tercermin dalam berbagai aspek budaya, termasuk istilah-istilah unik terkait ibadah puasa di bulan Ramadan. Beberapa istilah tersebut menggambarkan kondisi seseorang saat menjalankan puasa, baik yang tetap istiqamah maupun yang batal dengan berbagai alasan.
Beragam istilah khas ini menjadi bagian dari pembahasan dalam kursus daring bertajuk “Puasa & Lebaran Jaman Baheula” yang diselenggarakan oleh Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda (PDPBS) Universitas Padjadjaran pada Rabu (5/3/2025). Dalam kegiatan ini, Atep Kurnia, seorang pegiat literasi dan budaya Sunda, menjelaskan makna di balik beberapa istilah yang sering digunakan masyarakat Sunda terkait puasa.
Baca juga: Hukum Kafarat: Tebusan Dosa dalam Islam dan Tata Cara Pembayarannya
Puasa Kuda
Istilah Puasa Kuda merujuk pada orang yang selalu mencari alasan untuk membatalkan puasanya. Bisa jadi dengan berpura-pura sakit atau merasa sangat kelelahan agar diperbolehkan berbuka. Dalam budaya Sunda, kondisi ini disebut “bocor puasa”, yang artinya batal di siang hari.
Puasa Kendang
Dalam tradisi Sunda, Puasa Kendang atau Puasa Tutup Kendang menggambarkan seseorang yang hanya berpuasa di awal dan akhir Ramadan, tetapi tidak di tengah-tengahnya. Istilah ini diambil dari alat musik kendang, yang kedua ujungnya tertutup, sebagaimana seseorang yang hanya berpuasa di bagian awal dan akhir bulan Ramadan.
Puasa Sadud
Puasa Sadud adalah istilah untuk orang yang tetap menjalankan puasa tetapi tetap merokok di siang hari. Kata “Sadud” sendiri merupakan kependekan dari “puasa tapi udud” (puasa tetapi tetap merokok). Padahal dalam aturan Islam, merokok termasuk hal yang membatalkan puasa karena ada sesuatu yang masuk ke dalam rongga tubuh.
Puasa Nyemen
Istilah lain yang cukup unik dalam budaya Sunda adalah Puasa Nyemen, yang menggambarkan seseorang yang makan di siang hari tetapi berusaha menyembunyikannya. Kata “nyemen” berasal dari istilah dalam pertunjukan boneka Cina, di mana dalangnya duduk di belakang layar. Dalam konteks puasa, Puasa Nyemen menggambarkan orang yang diam-diam makan di tempat tersembunyi agar tidak ketahuan.
Baca juga: Hukum Minum Alkohol dalam Islam: Sanksi dan Dalilnya
Kebudayaan Sunda dan Tradisi Puasa
Istilah-istilah ini menunjukkan bagaimana kebudayaan Sunda memiliki cara unik dalam menyebut kondisi seseorang saat berpuasa. Meski dalam hukum Islam sendiri hanya dikenal istilah muftir (orang yang membatalkan puasa), dalam budaya Sunda ada banyak variasi penyebutan yang menggambarkan karakter masyarakatnya dalam menjalankan ibadah Ramadan.
Puasa Kuda, Puasa Kendang, Puasa Sadud, dan Puasa Nyemen adalah bagian dari kekayaan budaya Sunda yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Istilah-istilah ini bukan hanya sekadar istilah, tetapi juga mencerminkan pola kebiasaan dan pemahaman masyarakat Sunda terhadap ibadah puasa. (*)