
KARAWANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karawang mencatat adanya peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Januari 2025. Sebanyak 268 kasus dilaporkan, dengan satu orang meninggal dunia akibat penyakit ini.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Karawang, Yayuk Sri Rahayu, mengungkapkan bahwa kasus DBD paling banyak terjadi di wilayah perkotaan. Kecamatan dengan angka tertinggi meliputi Telukjambe Timur (51 kasus), Karawang Barat (31 kasus), Klari (28 kasus), dan Karawang Timur (23 kasus).
Baca juga: PGRI Karawang Bakal Laporkan Konten Kreator Bro Ron ke Polisi
“Wilayah padat penduduk dengan kondisi lingkungan kurang bersih lebih rentan menjadi tempat berkembangnya nyamuk penyebab DBD. Faktor seperti air menggenang, pakaian bergantungan, serta tempat penampungan air yang jarang dibersihkan dapat menjadi sarang nyamuk,” ujar Yayuk pada Jumat, 14 Februari 2025.
Berdasarkan golongan usia, penderita DBD terbanyak berada pada kelompok usia 15-44 tahun (45 persen), disusul usia 5-14 tahun (27 persen), 1-4 tahun (15 persen), 44 tahun ke atas (12 persen), dan bayi di bawah 1 tahun (1 persen). Dari total kasus, jumlah penderita laki-laki mencapai 109 orang, sementara perempuan 110 orang.
Yayuk mengingatkan bahwa DBD memiliki masa kritis pada hari ke-5 hingga ke-7 setelah infeksi. Jika tidak ditangani dengan cepat, kondisi pasien bisa memburuk dan berisiko fatal.
“Untuk mencegah DBD, masyarakat perlu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus, yakni menutup tempat penampungan air, menguras dan membersihkan penampungan air, serta memanfaatkan atau mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menampung air. PSN ini sebaiknya dilakukan secara rutin setiap minggu,” jelasnya.
Baca juga: DPRD Karawang Serap Aspirasi Warga dalam Musrenbang 2026 Karawang Barat
Ia juga mengimbau warga untuk menerapkan gerakan satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik) dan segera memeriksakan diri ke puskesmas atau fasilitas kesehatan jika mengalami gejala DBD, serta memastikan asupan cairan yang cukup.
“Jangan anggap remeh DBD, karena jika terlambat ditangani bisa berakibat fatal,” pungkasnya. (*)