Beranda Pernak Pernik Kamis Misteri: Perjalanan Mencekam Jalur Angker Solok-Padang

Kamis Misteri: Perjalanan Mencekam Jalur Angker Solok-Padang

154
Perjalanan Mencekam Jalur Angker Solok-Padang
Perjalanan Mencekam Jalur Angker Solok-Padang (Foto: I stock)

Ini adalah cerita horor pengalaman mencekam melewati jalur angker.

Cerita horor yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku tak pernah membayangkan seandainya perjalananku ketika itu menjadi perjalanan panjang yang tak berujung di jalur angker.

Cerita Horor ini dimulai tepatnya pada tanggal 1 Mei 2017 silam. Sekiranya pukul 22.00 ketika kulihat jam di layar gawaiku. Mobil yang ayah kendarai bersamaku tengah melaju dalam perjalanan di jalur Solok menuju Padang.

Malam itu, udara di luar sangat dingin. Jalanan sangat sepi. Gelap, tidak ada lampu penerangan sepanjang jalan. Hanya cahaya lampu mobil yang kita tumpangi yang memecah kegelapan.

Aku yang tadinya ingin beristirahat sejenak, menjadi takut untuk membiarkan ayah menyetir sendiri. Ditambah, di luar, hujan mulai turun. Ayah cukup sulit untuk melihat situasi jalanan saat malam hari, apalagi ditambah guyuran hujan. Selain karena penglihatannya yang mulai kurang jelas, tentunya karena memang tidak ada pencahayaan lampu jalanan sama sekali.

Kubuka gawaiku untuk melihat Google Maps. Sementara di luar, hujan turun kian deras. Ayah beberapa kali melihat kaca spion mobil seperti memastikan ada kendaraan lain yang melintas di jalanan ini. Namun, nihil. Malam itu benar-benar sepi mencekam. Pepohonan di kiri-kanan jalan seolah membawa perjalanan kami semakin dalam menuju kegelapan.

Setelah beberapa kilometer perjalanan, kini kami melewati jalan yang penuh pohon-pohon besar di kiri dan kanan. Sementara di balik pepohonan itu terdapat jurang yang begitu curam.

Karena kami berdua, aku merasa harus tangkas menghadapi situasi apapun malam itu. Ayah yang berulang kali mengeluh akibat rabun, membuatku sedikit cemas.

Namun, kami merasa sedikit lega. Tidak lama dari itu terlihat dari kaca spion ada seberkas cahaya lampu yang mulai menyusul mobil yang kami kendarai. Semakin dekat, dan kami bisa melihat itu sebuah mobil innova berwarna putih.

Cerita horor
Cerita Horor: Perjalanan Mencekam Jalur Angker Solok-Padang (Foto: I stock)

Entah dari mana mobil itu muncul. Sebab, dari awal aku bisa memastikan bahwa tidak ada kendaraan lain selain mobil ayah. Tiba-tiba “sring” terang sekali. Mobil innova putih itu menyalakan lampu yang terang sekali. Itu membuat ayah sedikit terbantu untuk melihat jalanan di depan yang diselimuti kegelapan.

Ayah memacu mobil mengikuti mobil itu yang menyalip kami. Selama sepuluh menit kami mengikuti, aku merasakan sesuatu yang aneh. Mataku terasa berat untuk tetap terjaga. Namun, aku berusaha untuk melawannya. Sementara ayah terlihat tetap berusaha membuntuti innova putih itu.

Samar-samar kulihat mobil di depan kami belok ke kiri. Sebelum aku benar-benar tak kuasa menahan kantuk yang menggelayut, aku cepat-cepat mencegat ayah yang ingin turut membanting setir mobil ke kiri mengikuti mobil yang di depan kami sebelumnya. Ayah sontak menginjak pedal rem. Dia tergelagap.

“Ayah mau ke mana? Kita mau pulang kan? Lurus saja, Yah! Tidak ada jalanan belok di sini,” kataku.

Aku sangat ingat jalanan di sini. Tidak ada simpang, hanya ada jalanan lurus saja. Pun ketika aku melihat Google Maps untuk kembali memastikan.

Raut wajah ayah terlihat sedikit pucat. Aku mencoba menenangkannya. Aku kembali meyakinkannya, bahwa tidak ada persimpangan di jalan ini. Kuambilkan minum air mineral dari dalam tas yang masih tersisa setengah. Kubukakan tutupnya, lalu kusodorkan untuk ayah.

Di luar, hujan masih turun dengan derasnya. Kegelapan malam mengepung kami. Ditambah kabut putih yang menyelimuti, membuat malam itu benar-benar kian mencekam.

Sesaat kemudian bulu kudukku berdiri ketika tiba-tiba terdengar suara tangisan perempuan dari balik pepohonan. Sesaat kemudian, suara tangisan itu berubah jadi jeritan yang bikin nyaliku menciut. Suaranya melengking memecah keheningan malam.

Kutengok raut wajah ayah. Aku rasa dia juga mendengarnya. Bergegas ayah kemudian menancap gas membawa mobil kami meninggalkan tempat itu. Setelah agak tenang, ayah melihat wajahku.

“Nak, kamu lihat kan tadi ada mobil yang belok kearah kiri?” tanya ayah. “Nak, Ayah serius! Ayah cuma mau memastikan kalau mobil innova itu ke arah kiri,” lanjut ayah.

Aku menganggukkan kepala. Kupandangi raut wajah ayah yang tadinya santai kini berubah menjadi gelisah dan takut. Tidak seperti basanya dia bersikap seperti ini.

“Kenapa, Yah?” tanyaku balik.

Ayah mengelus dada. Suasana hening sejenak. Udara di dalam mobil terasa gerah sekalipun pendingin tetap menyala. Suara jeritan perempuan yang masih terngiang memacu detak jantungku hingga tubuhku terasa panas-dingin.

“Jalanan di sini anker,” kata ayah setelah beberapa saat diam. “Di sebelah kiri kita tadi itu jurang. Ayah tahu itu. Tapi, Ayah tidak tahu kenapa ingin mengikuti mobil itu. Ayah merasa seperti setengah tidak sadar. Jika kamu tidak menghentikan ayah, mungkin kita sudah di alam yang berbeda saat ini, Nak,” jelas ayah dengan nada yang sangat pelan.

Sontak bulu tengkukku kembali berdiri setelah mendengarkan pernyataan ayah. Ya, walaupun aku sebenarnya sudah tau karena aku hafal jalan ini. Tapi, itu adalah pengalaman horor pertamaku. Aku belum pernah mengalami hal menyeramkan semacam ini sebelumnya.

“Ayah, tapi tadi aku juga melihat seperti ada jalan lain. Tetapi jalan itu pendek seperti terpotong,” jelasku.

“Iya, itu hanya khayalan. Mobil innova yang entah betulan atau bukan itu seolah sengaja membuat kita nyaman, seakan-akan memimpin jalan mobil kita untuk menuju perjalanan panjang tanpa ujung dan kematian.”

Aku sangat bersyukur. Aku merasa Tuhan masih menyayangiku dan ayah pada malam itu. Jujur, tidak ada yang bisa aku ungkapkan pada malam itu. Ayah juga menceritakan, bahwasanya jalanan yang tadi kita lalui adalah jalanan angker.

Setelah aku cari tahu, memang benar jalanan dari Solok menuju Padang itu dikenal angker. Konon sudah banyak memakan korban. Korban di sana rata-rata sepasang kekasih atau perempuan dan laki-laki.

Adapun kasus seperti masuk jurang, kecelakaan, hingga hilang kendaraan dilahap oleh jalanan yang baru saja aku dan ayahku lewati.

Mulai hari itu, aku tidak pernah mau dan tidur ketika dalam perjalanan sebab traumaku malam itu. Jalanan dari Solok menuju Padang memang melewati hutan yang di kiri-kanannya terdapat tebing dan juga jurang dalam. Selama perjalanan, tidak ada tikungan maupun simpang, jadi hanya ada jalanan lurus. (*)

Penulis: Elvin Cristo Iskandar

Sumber: kumparan.com