BEPAS, KARAWANG – Panas yang menyengat, kambing-kambing liar, dan kurangnya armada pasokan air bersih, adalah alasan banyaknya tanaman di median-median jalan di Kabupaten Karawang yang mulai rusak, kering dan mati.
Akibatnya tanaman-tanaman tersebut tidak lagi terlihat indah.
“Sangat disayangkan sekali ya, tanaman-tanaman itu kering dan mati,” kata Ade (32 thn) salah seorang warga.
Ia melihat tanaman-tanaman yang kering dan mati tersebut diduga bukan disebabkan kemarau saja, atau kurang siram, apalagi oleh kambing. Namun menurutnya, patut diduga karena kurangnya perawatan.
Sementara, Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, telah mengalokasikan anggaran hingga kurang lebih Rp 2 Miliar untuk biaya perawatan tanaman-tanaman tersebut.
Novi Gunawan, Kepala Bidang Pertamanan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (DPRKP) Kabupaten Karawang, Rabu (18/9), kepada Beritapasundan, menjelaskan kerusakan tanaman-tanaman ini dikarenakan panas yang sangat terik, binatang-binatang liar, hingga kurangnya armada siram yang dimiliki Dinas PRKP.
Novi mencontohkan, rusaknya pohon-pohon jenis kurma misalnya, hal tersebut dikarenakan pihaknya tidak mengetahui persis teknis bagaimana memelihara tanaman- tanaman kurma tersebut.
Dan setelah ia berkonsultasi dengan pedagang tanaman hias, diketahui bahwa seharusnya ikatan pada tanaman- tanaman korma tersebut dibuka setelah 6 bulan lamanya.
Sementara, ia bersama timnya justru malah membuka ikatan tersebut sebelum waktunya, sehingga tanaman-tanaman itu pun mati dan mengering.
“Ditambah lagi banyaknya kambing-kambing liar milik warga yang merusak tanaman- tanaman tersebut,” katanya.
Solusinya, lanjut Novi, kedepan pihaknya akan mengganti pohon-pohon itu dengan Palem Kurma yang kecil.
“Itu pun masih saya coba, dan setelah musim hujan akan diganti dengan pohon Tabib Buya Pink,” ucapnya lagi.
Sementara itu, di Jalan Interchange Karawang Barat, tanaman-tanaman itu kering dan mati karena panas yang sangat terik. Terlebih pihaknya pun kekurangan armada siram sehingga tanaman tersebut terkadang tidak tersiram dengan baik, sehingga kerap mati dan rusak.
Dan anggaran pemeliharan sebesar Rp 2 Miliar dari APBD 2018, Dipaparkan Novi untuk membeli tanaman, urea pupuk, termasuk pembelian dua mobil tanki siram, sebagai solusi memaksimalkan penyiraman.
“Armada mobil siram kami hanya ada 8 unit, ini tentu saja kurang, kami akan membeli 2 tanki mobil siram lagi tahun 2019 ini melalui mekanisme lelang dari anggaran pemeliharaan. Karena kami sangat membutuhkan,” pungkasnya. (nna/kie)