KARAWANG – Pantai Pasir Putih di Desa Sukajaya 1, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga kekayaan kuliner yang unik. Di tengah kawasan pesisir yang biasanya identik dengan hidangan laut, para istri nelayan yang tergabung dalam UMKM Gabungan Kelompok Perikanan (Gapokkan) Pantai Barokah berhasil menghadirkan inovasi baru, olahan tanaman mangrove menjadi beragam produk makanan dan minuman.
Salah satu pelaku usaha yang terlibat, Umi Laila (70), menciptakan dodol berbahan dasar buah mangrove yang dijual seharga Rp5.000. Dodol ini menawarkan rasa yang unik, kombinasi antara asam dan manis, berbeda dari dodol pada umumnya yang hanya manis.
Baca juga: Enam UMKM Karawang Lolos Program Kurasi Potensi Ekspor Jawa Barat
“Rasanya asam manis, ada sensasi segar dari buah mangrove,” kata Umi.
Selain dodol, UMKM di Pantai Pasir Putih ini juga menghasilkan produk lainnya seperti minuman sari mangrove, sirup mangrove, dan sambal daun mangrove. Produk-produk ini tidak hanya unik, tetapi juga memiliki khasiat bagi kesehatan. Umi menjelaskan bahwa buah mangrove mampu membantu menghilangkan logam berbahaya dalam tubuh, dan olahan mangrove juga diklaim dapat mengurangi risiko kanker.
Keunikan kuliner olahan mangrove ini telah menarik perhatian banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri. Bahkan, pada 28 Agustus 2024, akan ada kunjungan dari warga Korea yang ingin meninjau hutan mangrove dan menikmati sajian khas berbahan mangrove.
“Orang Korea sudah mencoba dodol kami. Mereka tertarik karena hutan mangrove bisa diolah menjadi berbagai produk makanan,” ungkap Umi.
Pemberdayaan Istri Nelayan oleh PHE ONWJ
Kesuksesan Umi dan pelaku usaha lainnya tidak terlepas dari dukungan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Dengan bantuan dan pelatihan yang diberikan sejak 2018, Umi dan rekan-rekannya kini mampu mengembangkan produk-produk unggulan, bahkan hingga dipasarkan ke luar negeri.
“Saya dulu hanya jualan pempek keliling, tapi sekarang sudah bisa bikin berbagai produk, termasuk dodol mangrove. Produk kami sudah dikirim ke Taiwan, Arab, Singapura, dan dijual online,” jelas Umi.
Ketua UMKM Gapokkan Pantai Barokah, Iin Inani (43), juga merasakan dampak positif dari pelatihan ini. Penghasilannya meningkat signifikan setelah produknya dipasarkan secara lebih luas, baik melalui galeri maupun platform online.
“Dulu sehari hanya dapat Rp200 ribu, sekarang bisa mencapai Rp2-3 juta per bulan,” kata Iin.
Baca juga: Produk UMKM Kecamatan Kotabaru Bakal Dijadikan Oleh-oleh Khas Karawang
Community Development Officer Zona 5, Laras Aprilianti, mengungkapkan bahwa pemberdayaan ini tidak mudah, tetapi hasilnya sangat membanggakan. Kini, ada 25 istri nelayan yang berdaya dan mampu mengembangkan produk mereka sendiri.
“Awalnya hanya tiga orang yang ikut, sekarang sudah 25 orang dengan produk yang beragam dan berhasil dipasarkan ke luar Karawang,” ujar Laras. (*)