Beranda Headline Sepi Penumpang, Tukang Becak Karawang Bertahan di Tengah Gempuran Transportasi Digital

Sepi Penumpang, Tukang Becak Karawang Bertahan di Tengah Gempuran Transportasi Digital

13
Tukang becak Karawang
Oding (63) dan Kusnadi (70), tukang becak asal Poponcol Kaler yang setia menanti penumpang, meski tak kunjung datang (Foto: Istimewa)

KARAWANG – Di sudut Alun-Alun Kabupaten Karawang, Jawa Barat, siang itu tampak dua pria lanjut usia duduk lesu di bawah rindangnya pohon. Mereka adalah Oding (63) dan Kusnadi (70), tukang becak asal Poponcol Kaler yang setia menanti penumpang, meski tak kunjung datang.

Kusnadi mengaku sudah mangkal sejak tahun 1993. Dulu, katanya, Alun-Alun Karawang ramai oleh pengunjung yang memanfaatkan jasa tukang becak. Kini, era digital dan kehadiran ojek online (ojol) membuat mereka sepi orderan.

Baca juga: Didin Sirojudin Soroti Kerusakan Jalan Akibat Kendaraan Bermuatan Lebih di Karawang

“Udah lama gak dapet penumpang. Terakhir yang naik mau ke KCP, bayar Rp50 ribu. Sekarang lebih banyak duduk nunggu dan tidur di becak,” ujar Kusnadi, Jumat (11/4/2025).

Meski begitu, Kusnadi enggan menyerah. Setiap hari ia tetap datang dari pagi hingga sore, berjuang mengayuh becak demi menghidupi istri dan anak-anaknya.

Sementara itu, Oding yang juga berprofesi sebagai tukang becak di Karawang mengalami nasib serupa. Dalam sehari, penghasilannya kadang hanya Rp10 ribu hingga Rp20 ribu. “Kemarin ada yang ke rumah sakit, cuma dapet Rp15 ribu,” katanya.

Oding mengaku ingin beralih profesi, namun keterbatasan usia dan modal membuatnya tetap bergantung pada becak tua yang dibelinya seharga Rp500 ribu. “Kadang juga kerja serabutan, nyangkul di kebon buat tambah-tambah,” ucapnya.

Dengan mata yang menerawang, ia menatap becak tuanya yang menjadi saksi bisu perjuangan hidupnya sebagai tukang becak di Karawang. “Saya hanya punya badan yang masih bugar dan becak ini,” ucapnya sembari tersenyum.

Baca juga: RS Bayukarta Karawang Putus Kontrak Vendor Usai Temuan Limbah Medis di Karangligar

Baik Kusnadi maupun Oding berharap profesi tukang becak di Karawang mendapat perhatian dari pemerintah, sebagaimana pengemudi ojol yang kini lebih difasilitasi. Mereka juga berharap masih ada masyarakat yang mau menggunakan jasa tukang becak di tengah modernisasi.

“Saya tetap mangkal dari jam enam pagi sampai sore. Sepi juga mau bagaimana lagi, tetap harus cari nafkah. Kami juga berharap pemerintah Karawang bisa memperhatikan tukang becak,” tutup Kusnadi. (*)