KARAWANG- Sebanyak 900 hektare sawah di Kecamatan Pakisjaya Karawang alami kekeringan dan 34 hektare lainnya terkena serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Dadan Danny, Kepala Bidang Perkebunan dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Karawang menyebutkan, kekeringan sawah di Pakisjaya sulit dikendalikan karena kekurangan air mengalir. Selain itu, menurutnya kerusakan tanaman akibat OPT disebabkan oleh penanaman yang tidak serentak akibat dampak dari banjir bulan lalu.
“Untuk laporan yang di Pakisjaya itu sawahnya kekeringan sehingga gagal panen, sulit dikendalikan karena kekurangan air. Terus hama penyakit itu timbul akibat tanam tidak serentak karena kena banjir kemarin. Sebagian masih tanam, sebagian panen, jadi siklus hama tidak terputus,” ujarnya kepada tvberita.co.id pada Kamis, (4/5/2023).
Baca juga: Catat! Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang Akan Jual Pangan Murah
Dalam hal ini, pihaknya melalui Petugas Pengendali Organisme Pengganggu (POPT) mengambil langkah penanggulangan dengan cara menyemprotkan cairan insektisida terhadap sawah yang mengalami masalah.
“34 Hektare sawah yang kena OPT sudah ditanggulangi oleh POPT. Hamanya disemprot pakai insektisida,” tambah Dadan.
Lebih rinci Encep Supriadi, Kepala Bidang Prasarana memaparkan, selain Pakisjaya ada 7 Desa langganan yang sering alami kekeringan. Saat ini ada sekitar 65 kelompok tani yang terdampak kerugian.
Tujuh desa tersebut adalah Telukjaya, Telagajaya, Telukbuyung, Tanahbaru, Solokan, Tanjungbungin dan Tanjungmekar.
Baca juga: BPBD Karawang Imbau Masyarakat Pesisir Utara Waspada Angin Puting Beliung
“Kami sudah penyuluhan ke lapangan, kami petakan kondisi sawah yang rawan kekeringan dan kami terima masukan-masukan dari para kelompok tani,” katanya.
Ada 4 poin aspirasi para kelompok tani, yaitu normalisasi saluran irigasi, pembersihan sampah di saluran irigasi sekunder, bantuan pompa dan traktor, serta penutupan galian mantri.
“Rencana hasil pembahasan kemarin, ada beberapa alternatif untuk jangka panjang. Yaitu optimalisasi fungsi kali mati sebagai embung, 3 titik tanah kelompok untuk pembuatan embung dan pengerukan normalisasi saluran irigasi sekunder yang semakin dangkal dan mengecil,” pungkasnya.