KARAWANG – Para orang tua murid di SDN Pinayungan II, Telukjambe Timur, menyampaikan keluhan terkait mahalnya biaya sekolah, khususnya pembayaran buku yang harus dibeli setiap semester.
Salah satu orang tua murid, T (45), mengungkapkan bahwa biaya sekolah tersebut sangat memberatkan bagi banyak kalangan. Ia sendiri memiliki dua anak yang bersekolah di SDN Pinayungan II, yang menyebabkan pembayaran menjadi dua kali lipat.
Baca juga: Relokasi 128 Guru PPPK di Karawang: Langkah Kemanusiaan setelah Perjuangan Panjang
“Anak saya ada dua, yang satu baru masuk kelas 1. Jadi, awal masuk itu ada biaya pendaftaran sebesar 600 ribu rupiah, dapat baju sekolah. Tapi ternyata masih ada biaya lagi untuk buku,” ungkap T saat diwawancarai pada Rabu, 17 Juli 2024.
Ia menjelaskan, anak kelas 1 diwajibkan membayar buku seharga Rp250.000, sementara anak di kelas yang lebih tinggi dikenakan biaya yang lebih besar.
“Kelas 3 itu bayar bukunya 300 ribu, setahu saya kelas 5 lebih mahal lagi, 400 ribu, dan kelas 6 sebesar 350 ribu,” terangnya.
“Saya merasa keberatan, apalagi anak ada dua di sini. Harus beli, diwajibkan beli semuanya,” tambahnya.
Orang tua lainnya, E (43), juga mengeluhkan hal serupa. Menurutnya, pembayaran ini cukup memberatkan. Dengan membayar Rp600.000 di awal masuk, masih ada baju sekolah yang harus dibeli secara terpisah.
“600 ribu itu memang hanya di awal saja, dapat baju batik dan olahraga. Tapi ada baju pangsi yang harus dibeli terpisah, harganya 170 ribu,” katanya.
Baca juga: Prestasi Gemilang Paskibra SMPN 5 Karawang di Tingkat Nasional
E menyebutkan bahwa bukan hanya dirinya yang mengeluhkan mahalnya biaya sekolah. Banyak orang tua murid lainnya yang merasa keberatan meskipun memiliki gaji tetap.
“Saya belum beli buku sekarang juga, ngobrol sama ibu-ibu yang lain juga gimana ini. Selain saya, banyak orang tua lain yang mengeluh, terutama soal buku yang wajib beli. Setiap semester harus beli, sekitar delapan buku, ada yang tipis dan tebal,” terangnya.
“Kalau diizinkan, saya mau fotokopi atau beli mandiri. Tapi kata guru, bukunya tidak dijual di luar, hanya ada di sekolah,” pungkasnya. (*)