beritapasundan.com – Setiap menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat di Kabupaten Ciamis memiliki tradisi unik yang dikenal dengan Mapag Ramadan. Salah satu bentuk pelaksanaan tradisi ini dilakukan oleh warga di sekitar Gunung Jaha, sebuah kawasan yang dipercaya memiliki nilai spiritual tinggi.
Makna dan Sejarah Tradisi
Mapag Ramadan merupakan tradisi menyambut bulan suci dengan berbagai kegiatan religius dan adat. Secara harfiah, mapag berarti “menjemput”, sehingga tradisi ini dimaknai sebagai upaya menyambut datangnya Ramadan dengan penuh kesiapan lahir dan batin.
Di kawasan Gunung Jaha, tradisi ini telah berlangsung turun-temurun. Masyarakat percaya bahwa lokasi ini memiliki energi spiritual yang dapat memperkuat doa dan harapan mereka. Tradisi ini juga menjadi sarana refleksi diri sebelum memasuki bulan Ramadan, agar setiap individu dapat menjalani ibadah dengan hati yang bersih.
Baca juga: Momen Inspiratif: Anak-Anak Sinarmulya Isi Pengajian Isra Mi’raj
Rangkaian Acara Mapag Ramadan
Tradisi Mapag Ramadan di Gunung Jaha biasanya dimulai dengan ziarah kubur, khususnya ke makam para leluhur atau tokoh agama yang berjasa dalam penyebaran Islam di wilayah tersebut. Warga berbondong-bondong datang membawa bunga dan air untuk membersihkan makam sembari membacakan doa.
Selanjutnya, dilakukan pengajian dan doa bersama di area puncak Gunung Jaha. Para sesepuh dan tokoh agama memimpin pembacaan ayat suci Al-Qur’an serta tausiyah tentang pentingnya persiapan spiritual menghadapi Ramadan.
Sebagai puncak acara, warga melakukan ritual adat seperti tabur bunga dan penyucian diri di sumber mata air yang ada di Gunung Jaha. Air dari sumber ini dianggap suci dan diyakini dapat memberikan keberkahan serta kesehatan bagi yang menggunakannya.
Nilai Budaya dan Kebersamaan
Tradisi ini bukan hanya bentuk ibadah, tetapi juga menjadi ajang mempererat kebersamaan antarwarga. Masyarakat dari berbagai lapisan ikut serta dalam kegiatan ini, mencerminkan semangat gotong royong dan kekeluargaan yang kuat.
Selain itu, Mapag Ramadan juga menjadi cara melestarikan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan tetap mempertahankan tradisi ini, warga Ciamis menunjukkan bagaimana nilai-nilai Islam dapat selaras dengan budaya setempat.
Baca juga: Karawang Gelar Pawai Obor 2025, Meriahkan Sambutan Ramadan
Kesimpulan
Tradisi Mapag Ramadan di Gunung Jaha merupakan warisan budaya yang kaya akan makna spiritual dan sosial. Melalui ziarah, doa bersama, dan ritual adat, masyarakat Ciamis mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci dengan hati yang lebih tenang dan penuh keberkahan.
Bagi masyarakat setempat, Ramadan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momen untuk memperkuat hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitar. Tradisi ini pun menjadi simbol harmoni antara agama dan budaya yang tetap lestari hingga kini. (*)