BEPAS, KARAWANG – Belakangan ini, beberapa kepala desa dan kepala sekolah di Kabupaten Karawang diresahkan dengan oknum yang mengaku sebagai pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat. Bukannya mencari berita, oknum ini malah meminta sejumlah uang ke narasumber.
Ketua PWI Kabupaten Karawang Aep Saepulloh memastikan oknum pemeras kades dan kepala sekolah dengan mengaku sebagai penguruscPWI Pusat adalah oknum. Ia juga meminta pihak yang dirugikan untuk melapor ke polisi.
“Saya pastikan itu oknum. Lagipula, kalau anggota PWI itu menemui narasumber untuk mencari berita. Bukannya meminta sejumlah uang,” kata Aep, Selasa (5/11/2019).
Aep tidak segan membawa persoalan ini ke meja hijau. Pasalnya, oknum tersebut telah mencemarkan nama baik PWI.
“Kami akan laporkan,” kata Aep.
Aep mengimbau para kepala desa maupun kepala sekolah yang kerap jadi target sasaran oknum wartawan untuk lebih cermat lagi dalam melayani awak media.
“Tidak semua wartawan yang membawa id card, merupakan wartawan resmi.”
Wartawan yang tergabung dalam PWI, kata Aep, memiliki kartu tanda anggota PWI dan dipastikan lulus Uji Kompetensi Wartawan (UKW).
“Jika ada yang melakukan upaya pemerasan, silakan menghubungi PWI Karawang di Jalan Malabar F12 Karangpawitan, Karawang,” katanya.
Aep juga menyarankan narasumber untuk menempuh jalur hukum bila ada oknum wartawan yang memeras.
“Saya sarankan, kalau mereka mengganggu, laporkan saja dan proses hukum,” pungkasnya.
Belakangan ini, PWI Karawang mendapat informasi pemerasan yang mengatasnamakan PWI Pusat kembali terjadi di wilayah Cilamaya, Karawang. Oknum wartawan itu tak segan mengancam dan memeras kepala desa di pesisir.
Salah satu kepala desa yang tidak mau disebut namanya, mengungkapkan, ada oknum yang meminta sejumlah uang dengan memaksa. Apabila tak diberikan, oknum wartawan itu mengancam akan memberitakan sesuatu yang jelek mengenai pemerintahan desa yang ia pimpin.
“Saya sudah punya niat baik mau ngasih. Tapi tidak sesuai nominal yang dia mau. Dia malah ngancem memberitakan. Padahal, pembangunan Dana Desa juga belum dilakukan. Mau berita apa yang dia tulis?” ungkapnya.
Masih kata dia, ulah wartawan yang diduga oknum itu, meresahkan banyak kepala desa. Apalagi, dia hanya muncul sesekali, saat ada pencairan dana transfer daerah.
“Saya bingung, harus bagaimana menyikapinya. Ditanggapi salah, gak ditanggapi juga salah,” ungkapnya. (fzy)