beritapasundan.com – Indramayu, salah satu daerah penghasil padi terbesar di Indonesia, menyimpan warisan tradisional yang kaya, termasuk penggunaan alat perontok padi yang disebut gebodan.
Gebodan adalah alat sederhana yang dibuat dari kayu, sering kali berbentuk persegi panjang, dan digunakan petani untuk merontokkan bulir padi secara manual. Alat ini telah digunakan sejak puluhan tahun silam sebelum masuknya teknologi modern dalam pertanian.
Baca juga:Â Kampung Pindang Cicinde Utara Berpotensi Jadi Destinasi Wisata Kuliner di Karawang
Namun, keberadaan gebodan kini mulai tersingkir oleh alat-alat mesin yang lebih canggih, seperti combine harvester. Petani zaman sekarang lebih memilih mesin perontok modern karena lebih efisien dan cepat dalam proses perontokan padi.
Mesin modern bisa menyelesaikan proses ini dalam hitungan jam, sedangkan gebodan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dengan tenaga manusia yang lebih banyak.
Meskipun demikian, gebodan tetap menjadi simbol perjuangan dan kegigihan petani tradisional. Pada masa lalu, kegiatan merontokkan padi dengan gebodan melibatkan banyak anggota keluarga dan menjadi semacam kegiatan sosial di pedesaan. Kini, dengan semakin jarangnya alat ini digunakan, generasi muda hampir tak mengenal fungsi gebodan.
Sebagian kecil petani di pedesaan Indramayu masih menggunakan gebodan untuk mempertahankan tradisi. Mereka meyakini bahwa hasil perontokan menggunakan gebodan lebih baik dibanding mesin, terutama dari segi kualitas bulir padi yang tidak mudah rusak. Sayangnya, sulitnya mencari pengrajin alat ini serta mahalnya harga kayu membuat gebodan semakin sulit ditemukan.
Baca juga:Â Ramainya Taman Lamaya, Peluang Ekonomi Baru bagi Warga Banyusari
Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, gebodan perlahan mulai sirna dari ladang-ladang padi di Indramayu. Upaya pelestarian alat ini penting untuk menjaga warisan budaya pertanian lokal agar tidak hilang ditelan zaman. (*)