Beranda Headline BMKG Pantau Sebagian Wilayah di Indonesia Alami Hari Tanpa Hujan

BMKG Pantau Sebagian Wilayah di Indonesia Alami Hari Tanpa Hujan

37
Seorang Ibu-Ibu sedang memikul air di ember (Foto: Shutterstock)

JAKARTA- Hingga pertengahan Oktober 2023 BMKG memantau, sebagian wilayah di Indonesia mengalami hari tanpa hujan (HTH) berturut-turut hingga terkategori ekstrem.

Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati melalui siaran pers pertanggal 2 November 2023.

Sebagian wilayah di Pulau Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan bagian Selatan, Maluku serta Papua bagian selatan telah mengalami HTH berturut-turut antara 21 sampai 60 hari.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina Memburuk, Presiden Jokowi: Kekerasan Harus Dihentikan

Sedangkan HTH kategori ekstrem panjang lebih dari 60 hari terpantau terjadi di wilayah Lampung, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua.

Adapun HTH terpanjang, tercatat selama 176 hari terjadi di wilayah Sumba Timur dan Rote Ndao-Nusa Tenggara Timur.

“Situasi ini harus menjadi perhatian kita bersama mengingat sebaran titik panas di Indonesia menunjukkan peningkatan terutama di daerah rawan karhutla. Pulau Kalimantan memiliki titik panas terbanyak dengan tingkat kepercayaan tinggi, diikuti oleh Sumatera bagian selatan, kepulauan Nusa Tenggara, dan Papua Selatan,” tuturnya.

Baca juga: Polisi Ringkus Pelaku Pengoplos Miras Di Karawang

Menurut Dwikorita, ada beberapa strategi yang dapat digunakan pemerintah sebagai upaya kesiapsiagaan. Berikut poin-poinnya:

  1. Menguatkan manajemen air yang efisien untuk memastikan pasokan air yang cukup bagi pertanian dan kebutuhan masyarakat.
  2. Menguatkan penyebaran informasi pedoman kepada petani untuk beradaptasi dengan perubahan pola musim dan memilih tanaman yang lebih tahan kekeringan.
  3. Menyelenggarakan program penyuluhan dan pelatihan untuk membantu masyarakat dalam mengadopsi praktek pertanian yang lebih tahan terhadap kondisi kekeringan.
  4. Penguatan pengelolaan hutan dan lahan untuk mencegah kebakaran.
  5. Program rehabilitasi ekosistem dan restorasi lahan yang terdegradasi akibat kekeringan dan kebakaran.
  6. Menyusun rencana kesiapsiagaan logistik untuk memastikan pasokan air bersih dan bahan makanan cukup terutama diwilayah rentan.
  7. Kampanye kesadaran masyarakat tentang praktek konservasi air dan upaya pengurangan risiko bencana.