beritapasundan.com – Bunglon dikenal sebagai hewan yang memiliki kemampuan unik untuk berubah warna. Banyak orang mengira perubahan warna ini terjadi sebagai bentuk kamuflase agar bunglon dapat bersembunyi dari pemangsa. Namun, secara ilmiah, bunglon bisa berubah warna karena adanya sel khusus di kulitnya yang disebut kromatofor dan iridofor.
Kulit bunglon memiliki beberapa lapisan sel pigmen yang dapat memantulkan cahaya dengan cara berbeda. Lapisan kromatofor mengandung pigmen merah dan kuning, sementara lapisan di bawahnya, yang disebut iridofor atau guanofor, berisi kristal nanoskala yang memantulkan cahaya biru dan hijau.
Baca juga: Mengulik Asinan Betawi: Warisan Kuliner dengan Segudang Manfaat
Saat bunglon ingin berubah warna, ia mengontrol jarak antara kristal tersebut dengan cara meregangkan atau mengendurkan lapisan kulitnya. Jika jarak kristal lebih dekat, warna yang dipantulkan akan lebih kebiruan. Sebaliknya, jika jaraknya lebih renggang, cahaya yang dipantulkan akan bergeser ke warna merah atau kuning.
Meskipun sering dianggap sebagai bentuk kamuflase, fungsi utama perubahan warna pada bunglon lebih berkaitan dengan regulasi suhu tubuh dan komunikasi sosial. Saat suhu dingin, bunglon akan berubah menjadi warna yang lebih gelap untuk menyerap lebih banyak panas. Sebaliknya, saat panas, warnanya menjadi lebih terang untuk memantulkan sinar matahari. Selain itu, warna kulit juga digunakan untuk menandakan suasana hati, dominasi, atau menarik perhatian lawan jenis.
Baca juga: Manfaat dan Rahasia Sehat dengan Tempe: Dari Jantung hingga Pencernaan
Jadi, secara ilmiah, bunglon bisa berubah warnanya bukan hanya untuk bersembunyi dari pemangsa, tetapi juga untuk mengatur suhu tubuh dan berkomunikasi dengan sesamanya. Kemampuan unik ini membuat bunglon menjadi salah satu hewan paling menarik dalam dunia biologi. (*)