
beritapasundan.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 600.698 orang terpapar tuberkulosis (TBC) di Indonesia hingga 27 September 2025. Dari jumlah tersebut, 14 persen di antaranya adalah anak-anak.
Plt Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes, Murti Utami, menjelaskan bahwa angka tersebut baru mencapai 55 persen dari target deteksi kasus TBC tahun 2025 yang ditetapkan sebesar 1.090.000 kasus.
“Dari sekitar 600 ribu kasus TBC itu, sebanyak 86.516 atau 14 persen diderita anak-anak, sedangkan 514.182 atau 86 persen lainnya diderita orang dewasa,” ujarnya, Senin (29/9/2025).
Baca juga: Pertemuan Konsultasi IAD Jawa Barat di Karawang Perkuat Peran dan Silaturahmi
Murti menjelaskan, target inisiasi pengobatan TBC resisten obat ditetapkan sebesar 95 persen, namun saat ini baru tercapai sekitar 75 persen. Sementara itu, pengobatan terapeutik sudah mampu dilakukan terhadap 90 persen kasus yang terdeteksi.
“Sekitar 10 persen pasien hilang kontak saat proses pemeriksaan dan tidak kembali untuk mendapatkan pengobatan,” katanya.
Keberhasilan pengobatan TBC sensitif obat saat ini mencapai 80 persen dari target 90 persen. Sementara pada kasus TBC resisten obat, capaian pengobatan baru 58 persen dari target 80 persen.
Kemenkes juga menyediakan obat pencegahan TBC melalui Terapi Pencegahan TBC (TPT) bagi kontak erat pasien, namun cakupan program ini masih kecil, baru menjangkau 136.934 orang.
“Insya Allah pada akhir 2025 kami menargetkan program TPT dapat menjangkau hingga 981 ribu penduduk,” ujar Murti.
Baca juga: Pertamina EP Resmikan Liquid Onstream SP Akasia Bagus, Produksi Capai 7.250 BLPD
Untuk mempercepat eliminasi TBC, Kemenkes melakukan berbagai langkah strategis, seperti integrasi skrining TBC dengan Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dilaksanakan tidak hanya di puskesmas, tetapi juga di komunitas, sekolah, pesantren, dan berbagai lokasi lainnya.
Selain itu, Kemenkes juga mulai mengembangkan pre-pilot One Stop Service (OSS), di mana pasien yang terdeteksi positif TBC bisa langsung mendapatkan pengobatan tanpa harus kembali keesokan harinya. Upaya ini juga melibatkan kader Kelurahan Siaga TBC untuk memastikan pasien tidak hilang kontak selama masa pengobatan. (*)